Petani dan warga sepanjang pesisir Urutsewu secara rutin menggelar mujahadah di alam terbuka. Banyak desa melaksanakan aktivitas spiritual ini
Ragu itu manusiawi.
Manakala ia -ragu itu- menjangkiti begitu banyak orang, maka pantang dijawab
dengan kemenyerahan. Begitu lah, petani warga pesisir kawasan Urutsewu di
Kebumen selatan; menjawab keraguan hatinya dengan bermunajjat. Dan mujahadah
menjadi salah satu cara, menjadi metode dan wasilah
bersama dalam membangun spiritualitas perlawanan terhadap ketidakadilan
yang jadi penyakit sosial.
Petani warga pesisir
Urutsewu tak menyalahkan pemerintah yang setengah hati merespons penyelesaian
konflik agraria yang belasan tahun disandangnya. Tak juga mengutuki para
legislator wakil rakyat yang takut memberi dukungan politik dan lalu memilih
mbisu atas problem krussial konflik petani holtikultura pesisir versus militer
ini.
Mujahadah jadi tarekat
kebangkitan petani yang telah mengalami 3 kali kebrutalan militer dalam konflik
agraria Urutsewu ini. Yakni tragedi Setrojenar 16 April 2011, penyerangan
Lembupurwo 30 Juli 2015 dan terakhir serangan tentara di Wiromartan 22 Agustus
2015.
Kejatuhan para korban tak
menenggelamkan daulat petani dalam trauma berkepanjangan. Perjuangan memang
selalu ber resiko pengurbanan dalam berbagai bentuknya.
Dukungan Kaum Muda Terdidik
Petani Urutsewu atas
konsistensi perjuangannya melawan hegemoni militeristik telah memanen dukungan
politik dari kalangan mahasiswa Indonesia. Aksi-aksi solidaritas muncul di
berbagai kota bahkan hingga luar pulau Jawa.
Bagi fihak militer, boleh
jadi, dukungan solidaritas ini bisa dipandang sebelah mata; meski banyak
aksi-aksi solidaritas ini tak luput dari intervensi dan intimidasi pihaknya.
Aksi solidaritas mahasiswa Jogja di Km.0 dibubarkan, muncul aksi lain yang
spektrumnya lebih luas. Aksi mahasiswa Samarinda diinterogasi Polisi Militer,
tak berhenti dan tumbuh lagi. Begitu pun aktivis mahasiswa UnSoed yang diserbu
teror pesan pendek.
Secara internal, petani
Urutsewu yang merasa mendapatkan sekutu perjuangan, tak henti membangunkan
spiritualitas dan kesadaran bahwa jalan perjuangan rakyat masih panjang.
Keraguan pada rejim penguasa dijawab dengan bermunajat kepada Allah; sang
penguasa alam semesta...
0 comments:
Post a Comment