Thursday, June 26, 2014

Bentrok Karawang

oleh: Tarli Nugroho

Baru saja bertelepon dengan seorang rekan di Karawang yang sedang menghimpun informasi terkait konflik yang kemarin meletus. Informasi yang disampaikannya membuat saya mengernyitkan dahi. Seperti saya duga, konflik itu bukan hanya terkait soal agraria antara petani di tiga desa di Telukjambe.

Karawang merupakan salah satu kota yang menjadi simpul kerusuhan pada rangkaian kerusuhan pada pertengahan tahun 1990-an yang kemudian menyudahi rezim Orde Baru. Setelah peristiwa 27 Juli 1996 meletus di Jakarta, tak lama kemudian secara beruntun terjadi berbagai kerusuhan di Situbondo (10 Oktober 1996), Tasikmalaya (26 Desember 1996), Senggau Ledo, Kalbar (3 Januari 1997), Tanah Abang (Januari 1997), dan kemudian tentu saja kerusuhan Rengasdengklok, Karawang, 31 Januari 1997. Tak lama setelah itu, kerusuhan bergerak ke Pekalongan (Maret 1997), Wonosobo dan Banjarnegara (April 1997), Solo, Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, Ujung Pandang dan Padang yang semua terjadi di bulan Mei 1998.

Kerusuhan di Rengasdengklok terjadi persis pada bulan Ramadhan. Dan itu bukan kerusuhan besar pertama yang terjadi di Karawang. Januari 1999, Karawang kembali menyala. Saya ingat, hari itu saya terancam batal presentasi dalam diskusi soal peran pemuda di masa Reformasi yang diadakan di pusat kota. Semua jalan ditutup dan sisa-sisa kerusuhan berserakan dimana-mana. Setelah melalui berbagai jalan tikus selama berjam-jam, akhirnya saya bisa sampai ke lokasi. Hanya ada lima belasan orang yang bisa hadir, sehingga kami akhirnya hanya melakukan diskusi kecil melingkar di sebuah meja besar di lokasi. Suasananya sangat mencekam.
Jika kerusuhan di Dengklok berlatarbelakang isu SARA, maka kerusuhan di awal 1999 merupakan konflik antara massa plus TNI dengan Polri.

Dari yang saya catat atas informasi yang disampaikan rekan di Karawang tadi, konflik yang kemarin meletus bisa jadi sudah ditunggangi konflik yang lebih besar, dan itu ada kaitannya dengan momen politik tahun ini. Ada banyak kemungkinan analisis yang sedang digodok oleh teman-teman yang sedang terlibat kegiatan advokasi di lapangan. Siapa saja yang terlibat dan apa targetnya, kini sedang dipetakan. Tapi satu yang jelas, kawan-kawan petani yang kemarin sempat bentrok dengan aparat kini mencoba untuk mengambil posisi waspada dan berjaga. Tentu saja, dalam setiap konflik, ada banyak informasi palsu yang secara sistematis disebarkan untuk mengacaukan radar banyak orang. Apalagi, ada ribuan preman yang kini disebar di area konflik. Inilah yang sedang diwaspadai oleh kawan-kawan di Karawang.


Perlu diketahui, Karawang bukan hanya merupakan sentra produksi beras di Indonesia, melainkan juga sentra industri manufaktur. Bumi Karawang juga menyimpan cadangan mineral yang menggiurkan. Berbagai kegiatan eksplorasi migas onshore sedang berlangsung di Karawang. Belum terhitung dengan kegiatan eksploitasi yang sudah berlangsung. Semuanya dilakukan di lahan pertanian. Jadi, konflik yang sedang berlangsung saat ini, berbeda dengan konflik agraria di daerah lain, sifatnya multi-aktor dan multi-korporasi.

0 comments:

Post a Comment