This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, September 29, 2011

Urutsewu di Muka Sang Pengadil - 1

Tak berlebihan untuk mengatakan bahwa harapan petani pesisir selatan Kebumen mendapatkan keadilan seadil-adilnya; pupus berlalu, dilanggar waktu. Sebanyak 6 petani yang harus dikriminalisasi lantaran melakukan serangkaian ekspresi penolakan anti militer, meski telah divonis Pengadilan Rendah Kebumen pun masih harus tetap mendekam lebih lama. Vonis 5 dan 6 bulan yang ujungnya memicu Jaksa Penuntut dalam 2 kasus penganiayaan kurir dan pengrusakan gapura TNI itu menyatakan banding. Maka sejak saat itu kewenangan Pengadilan Tinggi telah menambahkan beban bagi para terpidana.

Tangis lemah para istri, rengek anak tak mengerti dan dengung wirid para padri; mengatapi desa-desa Setrojenar, Brecong dan Bocor yang terpaksa mengikhlaskan sebagian warganya mendekam lebih lama di penjara. Bahkan sampai ketika lebih 200-an warga menggelar aksi untuk mengantar nota contra banding ke Pengadilan Tinggi melalui PN Kebumen pun; sosok keadilan itu cuma muncul dalam bayangan janji menindaklanjuti sang Ketua Pengadilan Negeri.

Sehingga skeptisme Tim Pengacara yang tergabung dalam TAPUK (Tim Advokasi Petani Urutsewu Kebumen) dengan nada mirip sergah mengabaikan permintaan sang Pengadil. Hal ini bukan tanpa sebab. Andai saran Sang Pengadil untuk mengajukan tertulis soal pengangguhan penahanan itu memang tulus dan benar, mestinya itu yang dilakukannya saat sidang-sidang kasus Setrojenar melampaui perayaan Lebaran umat Islam. Masih segar dalam ingatan seorang saksi tetua warga desa, yang nerima dianalogikan sebagai “Abunawas”, sementara Sang Pengadil tak pernah mengintrospeksi kewenangan atas jabatannya untuk apa…

Kriminalisasi Memicu Radikalisasi

Tak berlebihan pula untuk mengatakan bahwa gelar pengadilan atas kasus pengrusakan gapura dan penganiayaan kurir TNI, ditilik dari sejak kejadian dan pengambilan para tersangka hingga proses awal pemeriksaan bahkan sampai vonis pengadilannya, terdapat indikasi kuat kalau semuanya lebih sebagai upaya kriminalisasi petani. Itulah sebabnya, ratusan warga dari 3 desa yang berdemonstrasi mengawal penyampaian nota kontra banding pada Selasa (27/9) lalu, memajang poster bertuliskan “Stop Kriminalisasi terhadap Petani!”.

Kecewa yang mendalam juga mengerutkan muka para keluarga 6 terpidana, melunglaikan langkah para istri dan biyung, yang berjalan liwung meninggalkan pringgitan lewat beranda kantor Pengadilan Negeri yang tengah direnovasi dengan uang rakyat dari pajak dan berbagai sumber pendapatan. Dan bagi para petani, membayar pajak ini merupakan cara nyata bekti nagari. Berbakti kepada Negara yang telah mengabaikan kepentingan mendasarnya.

Perihal fakta petani telah membayar pajak sejak jauh hari sebelum kemerdekaan negeri ini, tak pernah dilihat sang Pengadil dengan mata hati. Dalam sidang-sidangnya, bahkan, Hakim dan Jaksa mencederai rasa keadilan yang ditunjukkan para saksi kebenaran. Tak ada kosakata bijak dalam kamus Hakim dan Jaksa Penuntut, parameter keadilan yang diterapkan cuma dengan cara ketuk palu yang membuka pintu penjara selebar-lebarnya.
“Kebangeten..”, begitu gumam lirih seorang ibu yang gontai keluar dari pintu.

Dan tuntutan pembebasan yang disuarakan aksi kali ini berujung menjadi bisikan layup para pencari keadilan. Sedangkan sorot matanya menajami ingatan akan warga petani yang telah dianiaya tentara, ditembak tubuhnya, diruyak hati sakitnya, dirusak harta miliknya. Dan hingga kini, para pelaku penembakan brutal dan pengrusakan itu, tak pernah diadili. Tetapi petani telah dihakimi. Disparitas penerapan hukum ini memang meyakinkan indikasi adanya selubung upaya kriminalisasi terhadap petani.        

Saturday, September 03, 2011

Rekor 17.000 Pengunjung Pantai Setrojenar


Pada hari Kamis, 1 September 2011 dilaporkan mengenai rekor kunjungan di pantai Setrojenar; yakni sejumlah 17.000 pengunjung. Estimasi ini didasarkan pada jumlah tiket wisata yang terjual, yakni sekitar 16 ribuan lembar, ditambah anak-anak yang memang tak dikenai pungutan tiket masuk lokasi.
Adapun kendaraan yang parkir meliputi 5.000 unit sepeda motor, 2.000 unit mobil roda empat, 50 truk dan 100 mobil bak terbuka. Sedangkan sepeda yang parkir sekitar 200-an.
Bahkan sempat terjadi kemacetan total sejak jam 15.00 wib hingga 19.16 wib pada ruas sepanjang 200 meter seputar gapura wisata, tak jauh dari bentangan pantai samudera Indonesia.
Fenomena kemacetan ini menjadi bukti bahwa tempat ini lebih baik untuk pengembangan pariwisata tradisional. Pengunjung yang terjebak macet tetapi masih di bagian belakang, bahkan enggan berbalik meski hari telah mulai gelap.

Meretas Kemandirian Keamanan Desa

Seperti tak habis diterpa cobaan paska terjadi tragedi berdarah (16/4) di desa ini selalu saja ada fihak yang mengintimidasi. Mengusik ketentraman dengan berbagai kabar tak sehat datang dari kelompok orang yang diidentivikasi sebagai sebuah forum komunikasi Urutsewu. Terakhir diperoleh informasi dari “meeting” yang mereka selenggarakan di rumah seorang mantan Kades Setrojenar, bahwa aktivitas parkiran di lokasi wisata pantai desa ini akan dibubarkan. Tak sekali kelompok berkarakter premanisme ini menabar desas-desus yang meresahkan warga. Dengan alasan yang tak jelas tetapi mengusik ketentraman masyarakat itu pada dasarnya dapat menabur benih konflik baru.

Banyak warga menyayangkan sikap tak bersahabat dari kelompok di luar petani yang tengah dilanda konflik struktural dengan segala pernik eksesnya. Sejauh ini, kabar “ancaman” itu memang tidak manifest dalam tindakan berupa gangguan keamanan baru bagi warga desa. Tetapi pengawalan kedaulatan desa telah menumbuhkan kesadaran banyak warga Setrojenar untuk tetap menjaga dan melindungi desa dari segala bentuk gangguan, termasuk gangguan terhadap keamanan dan ketentraman desa. Sikap demikian telah teruji setidaknya selama tiga tahun terakhir ini. Faktanya, desa Setrojenar merupakan desa dengan angka kriminalitas rendah.

Sedangkan aktivitas parkiran kendaraan pengunjung pantai Setrojenar itu merupakan kegiatan yang telah mentradisi. Keamanan para pengunjung berikut kendaraannya lebih terjamin. Dan perolehan dari mengelola jasa parkir kendaraan di pantai telah memberikan kontribusi yang signifikan. Membuka lapangan kerja bagi warga dan memberikan kontribusi ke desa serta banyak pula membantu aktivitas dan pembangunan tempat-tempat ibadah di desa itu. Kalau pun benar akan ada gangguan terhadap keamanan desa ini, maka yang akan menanggulangi pertama kali adalah warga desa seluruhnya.

Menyambut Lebaran, Tradisi Membuka Kunjungan

Diantara potensi wisata desa ini adalah keberadaan pantai samudra berikut pertanian tanaman hortikultur yang akan dan terus berkembang. Tingkat kunjungan wisata di desa ini relatif tinggi, dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Bahkan sehari-harinya pun selalu saja ada orang berkunjung, terutama pada pagi dan senja. Pesona sunrise dan sunset menjadi pesona tersendiri yang digemari. Daya tarik lain adalah kuliner pecel dan peyek kumbang pasir (undur-undur) yang merupakan kekhasan menu wisata desa. Ada juga stand-stand yang menjual aneka pakaian. Terdapat 2 fasilitas mushola dan toilet umum. Lebaran tahun ini pun lokasi pantai berbenah dengan kesiapan penuh ramah. Tak terkecuali para pedagang tradisional dari luar desa, seperti penjual menu Sate Ambal yang khas.

Ada berbagai fasilitas, permainan anak-anak dengan kolam renang mini air tawar. Fasilitas kolam renang mini yang dapat dibongkar-pasang ini bahkan terdata 21 kolam jumlahnya. Keberadaan kolam renang ini ditengarai sebagai upaya cerdas warga dalam menekan angka korban hanyut di laut. Anak-anak dapat sepuasnya mandi di kolam air tawar yang sangat jernih hasil penyaringan pasir alam yang belum dieksploitasi pertambangan. Fasilitas hiburan lain ada kereta kelinci, dremolem ala pasar malam berikut rumah hantu dan komidi putar, serta sewaan kuda, juga tersedia. Di dekat lokasi pesisir ini juga terdapat bentangan lahan semangka yang dibudidayakan petani lahan pasir. Semangka ini dapat dipetik sendiri oleh pengunjung langsung di lahan atau dapat diperoleh dengan membelinya di dangau tepian jalan. Semua ini merupakan aktivitas budaya warga desa yang akan terus dilestarikan.