Penulis: Tim Penutur Selamatkan Bumi
- September 11, 2019
Jawa Tengah, Selamatkanbumi.com – Kekerasan Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dengan warga Urutsewu kembali
terjadi sejak jam 08.00 WIB di Desa Bercong Buluspesantren, Kebumen, Jawa
Tengah. 16 warga mengalami luka-luka, 15 laki-laki dan satu perempuan.
Menurut sekretaris Urut Sewu Bersatu, Widodo Sunu Nugroho,
pemukulan warga dimulai saat anggota TNI AD mengusir warga yang mencegah
pemasangan pagar di atas tanah warga. Puncaknya, Ia mendengar tiga kali
tembakan. Tak lama, satu warga ambruk, rupanya terkena peluru karet.
“TNI mengusir, (kami) dipukuli dan diinjak. Luka kena pukul, sama kena sepatu, yang satu luka peluru karet,” kata Sunu saat dihubungi Selamatkanbumi.com melalui telepon, 11 September 2019.
Pemasangan pagar yang ditolak warga Urutusewu berpangkal
dari upaya
klaim tanah TNI AD setelah meminjam lahan warga untuk latihan tempur
sepanjang 1997 hingga 2009.
“Itu sebenarnya tanah warga yang sudah bersertifikat. Sebagian ada letter C. Intinya semua punya alas hak, diklaim TNI,” kata Sunu.
Sunu menjelaskan, pihak TNI AD melakukan tiga tahap
pemasangan pagar sejak enam tahun lalu. Tahap pertama tahun 2013, tahap kedua
tahun 2015, dan tahap ketiga tahun ini. Total luas lahan yang diklaim TNI AD
seluas 22,5 kilometer dari utara menuju selatan, hingga mendekati laut.
“Setidaknya ada 15 desa dari tiga kecamatan yang terdampak pemagaran,” kata Sunu.
Usai kejadian, Warga Urut Sewu mendatangi kantor Bupati
Kebumen untuk meminta perlindungan serta jaminan keselamatan.
“Bupati mengeluarkan pernyataan, pemagaran harus dihentikan. Sejauh ini kita belum mendengar bagaimana komunikasi TNI dan bupati,” ujarnya.
Sampai saat ini warga masih berkumpul di daerah Kecamatan
Buluspesantren, selain untuk berjaga karena merebaknya isu pengejaran, juga
untuk memastikan jumlah korban.
“Masyarakat masih berkumpul di pendopo kecamatan, untuk pendataan korban, kita akan bertahan di kantor kecamatan,” kata Sunu.
0 comments:
Post a Comment