This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, March 31, 2016

Semar mBangun Kahyangan

Semar | by: Hery
__________

Pagi itu, di Desa Karangkabuyutan, Semar terlihat murung dan bingung, terlihat dari raut wajahnya bahwa ia sedang memikirkan sesuatu dan ada yang ia cemaskan. Melihat hal itu, Petruk bertanya kepada ramandanya itu, gerangan apa yang sedang terjadi dan yang membuat ayahnya sering melamun.

Semar menjelaskan bahwa sebenarnya ia tidak apa-apa, ia hanya mencemaskan nasib kerajaan Amarta, ada sesuatu hal yang mengganjal di hatinya tetapi ia tidak bisa mengungkapkannya. Semar lalu meminta Petruk untuk pergi ke Amarta untuk menemui para punggawa Amarta dan menyampaikan bahwa Ia ingin meminjam tiga pusaka Keraton Amarta yaitu Jamus Kalimasada, Payung Kencana dan Tombak untuk membangun kayangan. Selain itu, Ia juga mengundang para Pandawa untuk segera datang ke Karangkabuyutan. Petruk menerima tugas yang diberikan ayahandanya, dan langsung berangkat menuju negara Amarta.

Sementara di Amarta, Prabu Yudhistira, dihadapan para saudara-saudaranya sedang membahas sebab kegagalan mereka dan membangun negaranya , datanglah raja Dwarawati, Kresna yang kemudian menanyakan ketidakhadiran Semar dalam keraton Amarta dan menyatakan bahwa itulah yang menjadi kegagalan tersebut. Oleh karena itu, Kresna memerintahkan Arjuna untuk memanggil Semar dari Karangkabuyutan untuk menghadap ke Amarta.

Namun, belum Arjuna beranjak dari tempat duduknya, datanglah Petruk menghadap dan memberitahukan bahwa ia diperintahkan Semar untuk mengundang kelima Pandawa untuk menuju Karangkabuyutan dengan membawa tiga pusaka kerajaan untuk membantu Semar mbangun (membangun) kahyangan.

Mendengar hal itu, Kresna langsung melarang Para Pandawa untuk berangkat ke Karangbuyutan, karena ia menganggap bahwa rencana Semar  itu bertentangan dengan kodrat Semar yang diturunkan ke dunia. Terjadilah perdebatan antara Kresna dengan Petruk. Petruk menolak untuk kembali ke karangkabuyutan , dia hanya akan kembali apabila mendapat titah dai Pandawa. Yudhistira pun  akhirnya menyuruh Petruk untuk menunggu di luar paseban untuk menanti keputusan rapat para Pandawa.

Petruk akhirnya menuruti perintah Yudistira, di luar paseban, Petruk bertemu dengan Antasena, putra Bima. Petruk menceritakan semua kejadian yang ada di dalam paseban tadi, Antasena yang memiliki watak bijaksana dan tahu bahwa yang akan dilakukan Semar itu adalah benar, maka ia berjanji akan membantu Petruk menghadapi tindakan Kresna.

Kresna kemudian mengajak Arjuna pergi ke kahyangan Suralaya untuk melapor kepada Batara Guru, dan memerintahkan Gatotkaca, Antareja dan Setyaki mengusir Petruk kembali agar  ke Karangkabuyutan.

Sementara Prabu Yudhistira bersama Bima, Nakula dan Sadewa, merasa bimbang. Sadewa, kemudian memberi usul agar mereka bersemedi di depan tempat penyimpanan pusaka kerajaan untuk meminta petunjuk Yang Maha Kuasa. Jika pusaka itu tetap berada di tempatnya setelah mereka bersemedi berarti Kresna lah yang benar, namun apabila pusaka itu jengkar dari tempatnya setelah mereka bersemedi maka Semar lah yang benar.

Mereka kemudian menuju ke tempat pusaka Kraton untuk bersemedi mencari petunjuk. Dan ternyata ketiga pusaka kraton Amarta melesat hilang menuju Karangkabuyutan. Melihat kejadian itu, akhirnya keempat bersaudara ini segera menyadari dan diam-diam berangkat ke Karangbuyutan melalui pintu belakang tanpa sepengatuhuan Kresna.

Gatotkaca, Antareja dan Setyaki yang diperintahkan Kresna mengusir Petruk ternyata tidak mampu menghadapi Petruk yang telah bersatu dengan Antasena di dalam tubuhnya. Petruk baru mau kembali ke Karangkabuyutan, setelah Arjuna memerintahkannya. Ia terbang ke Karangkabuyutan dibantu Antasena bersama, Gatotkaca, Antareja dan Abimanyu.

Kresna tiba di Suralaya dan menghadap Bathara Guru, ia melaporkan rencana Semar yang ingin membangun kahyangan menyaingi Suralaya. Mendengar laporan itu, Bathara Guru langsung memerintahlan Betari Durga dan Kresna untuk menghalangi rencana Semar tersebut.

Sementara di Karangkabuyutan, Semar menerima kedatangan Prabu Yudhistira, Bima, Nakula dan Sadewa bersama ketiga pusaka Kraton Amarta yang telah tiba lebih dulu bersama Petruk dan putera-putera Pandawa. Sebenarnya Semar sedikit kecewa karena kedatangan Pandawa hanya empat orang . Namun, semar segera melakukan upacara ritual dengan memasukkan keempat bersaudara tersebut menjadi satu ke dalam tubuh Semar.

Ternyata di dalam tubuh Semar bersemayam Sanghyang Wenang yang memberikan petunjuk wejangan hidup dan ilmu yang sangat berarti bagi para Pandawa, dan memerintahkan mereka untuk bertapa selama sepuluh hari .

Sementara para putera Pandawa bersama Petruk, Bagong dan Gareng  yang bertugas menjaga diganggu oleh makhluk halus Maling Sukma, namun Semar segera memberikan mantra untuk menghadapi segala kejahatan yang datang.

Kresna yang ditugaskan Bathara Guru untuk menghalangi rencana Semar Membangun Kahyangan menyamar menjadi Raksasa sebesar bukit. Namun ia tidak mampu menghadapi mantra yang diberikan Semar, begitu pula dengan Arjuna yang menyamar menjadi harimau yang sangat besar. Ia menjadi lemas dan tertangkap oleh para putera Pandawa dan meminta ampun kepada Semar.

Kresna pun  tidak luput dari kemarahan Semar, karena sebagai raja ia tidak waspada dan melakukan tindakan tanpa memeriksa terlebih dahulu apa duduk perkaranya.

Bahkan Semar pun marah kepada Bathara Guru dan berangkat ke Suralaya. Semar mengobrak-abrik kahyangan Suralaya, tidak ada satupun senjata yang mampu melumpuhkan Semar, sehingga Bathara Guru melarikan diri ke Karangkabuyutan, namun kemarahan Semar tidak bisa dihindari, dimana pun Bathara Guru bersembunyi pasti berhasil ia temukan. Hingga akhirnya Bathara Guru meminta perlindungan para Pandawa dan meminta ampun kepada Semar.
Setelah kemarahan Semar sudah mereda, akhirnya Bathara Guru diampuni, dan kembalilah beliau ke kahyangan Suralaya.

http://caritawayang.blogspot.co.id/2013/02/semar-mbangun-kayangan.html

Saturday, March 26, 2016

5 Tahun Tragedi Urutsewu di Setrojenar | Sebuah Catatan - 2



Wacana Pembongkaran Pagar


Sekarang, apa urgensinya kita menghentikan pemagaran itu? Toh, tidak juga itu milik perorangan. Kalau pun nanti, itu memang ternyata kepunyaan masyarakat, kami sudah mendapat perintah, berikan semuanya, sak pager-pagernya... jika perlu robohkan, nanti kita bantu robohkan...

Pernyataan yang mengarah pada wacana pembongkaran pagar pesisir, saat itu, justru berasal dari pejabat militer daerah dalam hal ini Dandim Letkol (Inf) Putera Widyawinaya dan diamini Ganjar Pranowo dalam “Ngopi Bareng Ganjar” di pendopo rumah dinas Bupati Kebumen (9/9/2015). Bahwa “pengarahan panglima (Pangdam IV_Pen) persis yang disampaikan ke saya juga begitu... itu yang harus dipegang” mengarah pada opsi pembongkaran pagar, jika terbukti tanah pesisir Urutsewu itu milik masyarakat. 

BERTEMU BUPATI: Perwakilan 8 petani Urutsewu benrtemu Bupati Fuad Yahya (19/3) di Rumah Dinas Bupati Kebumen. Pada kesempatan itu ditunjukkan bukti-bukti pemilikan tanah pesisir, berupa sertivikat tanah dan akta jual-beli yang membuktikan hak milik petani [Foto: Div.Litbang & Media-Center FPPKS-USB]
 
Nah, pada Sabtu (19/3) atas undangan Bupati Fuad Yahya 8 wakil petani dan warga Urutsewu menemui Bupati di rumah dinas untuk menunjukkan bukti pemilikan tanah pesisir; Sertifikat dan Akta Jual-Beli Tanah dengan “segel” resmi. Jika pada “tragedi berdarah” 16 April 2011 petani Urutsewu pernah ditembak peluru tentara, maka saat ini lah petani menunjukkan “peluru” yang sesungguhnya. Sertivikat Tanah dan Bukti Akta Jual Beli tanah pesisir !

Pemagaran pesisir Urutsewu berdasarkan data LPSE diketahui besaran biaya senilai Rp. 4.720.000.000,- yang bersumber dari APBN. Dalam implementasinya masih menyisakan pesisir desa Setrojenar sebagai satu-satunya –dari jumlah 15 desa- yang “selamat” dari pemagaran oleh TNI-AD. Desa ini memang diasumsikan secara konotatif sebagai “barometer perlawanan” petani Urutsewu terhadap apa yang oleh petani setempat dikategorikan sebagai perampasan tanah secara sistematis oleh TNI.

Penundaan pemagaran di pesisir Setrojenar ini bukan tanpa sebab, selain “ancaman” realisasinya tinggal hanya masalah waktu. Tetapi juga faktor lain  karena petani dan warga desa Setrojenar sendiri bersiap memeranginya. Insiden tragis 5 tahun silam yang secara hukum sama sekali tak berkeadilan itu telah membajakan penolakan petani tanpa kompromi. Faktor lainnya ada tengara manajemen belanja material pemagaran di toko bangunan lokal  yang bermasalah.

Secara umum, pemagaran pesisir Urutsewu sepanjang 22,5 kilometer itu sendiri memang penuh bermasalah. Bagaimana bisa mencairkan dana APBN miliaran rupiah untuk membiayai “program nasional” pemagaran kawasan konflik yang status tanah dan batas-batasnya belum diselesaikan dulu?

Diantara prawacana penyelesaian win-win solution kini muncul wacana kuat pembongkaran pagar TNI; sebagai pilihan terbaik untuk menyudahi "perampasan tanah secara sistematis" yang merupakan substansi konflik agraria Urutsewu. Kita harus Jujur dan Konsisten...

5 Tahun Tragedi Urutsewu di Setrojenar | Sebuah Catatan - 1




KEPALA DESA: Dua Kades yang pernah jadi korban tindakan brutal tentara saat warga menolak pemagaran pesisir. Gambar: (Dari kiri ke kanan) Paryono Petani Setrojenar, Widodo Sunu Nugroho (Kades Wiromartan) dan Muhlisin (Kades Petangkuran) tengah berorasi pasca acara Mediasi yang digelar di Sekwan DPRD (9/9/2015) lalu.. [Foto: Div. Litbang & Media-Center FPPKS-USB] 


Bagaimana penyelesaian “kasus” Urutsewu dengan membaca perkembangan situasi terakhir, menjadi magnet yang senantiasa menarik kuat-kuat perhatian banyak orang. Konflik agrarian yang diasumsikan menempatkan face-a-face rakyat dan [alat koersief] negara dalam posisi diametral ini; telah mereproduksi tiga kekerasan verbal yang menempatkan rakyat sebagai korban di satu sisi, dan bingkai impunitas militer di sisi lainnya.

Tak ada alasan untuk tetap “memelihara” konflik tak kunjung usai, karena hanya akan melegitimasi teori basi adanya kepentingan provokator yang acap ditudingkan fihak militer saat petani Urutsewu melancarkan perlawanan terhadap ketidakadilan agraria di wilayahnya. Kriminalisasi petani dan impunitas TNI sempat mewarnai perjalanan konflik Urutsewu. Termasuk skenario untuk mengkambinghitamkan fihak lain diluar aktor utama sebagai provokator, namun terpatahkan oleh fakta-fakta yang tak bisa dibantah. Fakta bahwa dalam perspektif rakyat, konflik Urutsewu itu bukan sengketa agraria; melainkan perampasan tanah secara sistematis !

Terhadap proses penyelesaian, sejauh yang diupaya; sangat diharapkan banyak fihak. Tetapi penyelesaian yang bagaimana dan dengan pendekatan seperti apa, ini pentingnya membaca dengan jujur jejak perjuangan petani dan sepak terjang TNI; selama dan sejauh ini.

Terlepas dari bagaimana tim independen akan memaparkan hasil kerjanya yang terlunta tunda, tulisan ini merupakan proyeksi kekinian yang menandai 5 tahun peringatan “Tragedi Urutsewu” di Setrojenar, 16 April silam.


Kejujuran Yang Konsisten Sebagai Syarat Permanen

Penyelesaian “kasus” Urutsewu hampir mustahil tanpa kesediaan semua fihak untuk jujur dan konsisten dalam menegakkan kebenaran. Kebenaran mana yang dihimpun tim independen dalam kerja investigasinya. Dan kebenaran mana yang tumbuh dalam dialektika sejarah agraria kawasan Urutsewu itu sendiri. Kejujuran akan menunjukkan apakah kedua kebenaran itu selaras jalan atau cengkah berkebalikan secara logika. 

Menarik apa yang terjadi sebagai bagian dari proses lanjut penyelesaian konflik agraria Urutsewu pasca Pilkada yang menghasilkan Bupati baru, adalah silaturahmi 8 wakil masyarakat tani Urutsewu dengan Fuad di rumah dinas Bupati pada Sabtu (19/3). Pada kesempatan mana telah ditunjukkan bukti-bukti [baca: sertivikat] pemilikan petani atas tanah pesisir Urutsewu. Di saat jeda mana Tim Independen belum lagi memaparkan hasil investigasi yang molor dari jadwal semestinya.

Hal ini setimpal dengan ngototnya TNI-AD yang bersikukuh melanjutkan pemagaran sepanjang 22,5 kilometer pesisir sementara proses mediasi tengah berlangsung dan tim independen masih harus bekerja melaksanakan tugas sejak awal pembentukannya hingga hari-hari menjelang pemaparan.

Perihal pemagaran pesisir yang diprotes petani dan rakyat bahkan Kepala Desa juga dipukuli, pada rentang Pemkab melakukan upaya mediasi konflik Urutsewu yang berkepanjangan; tokh pemagaran itu sendiri jalan terus. Terhadap ini, pejabat militer tingkat Dan Kodim pernah berujar pada acara “Ngopi Bareng Ganjar” di Pendopo Rumah Dinas Bupati (9/9/2015):

“Sekarang, apa urgensinya kita menghentikan pemagaran itu? Toh, tidak juga (tanah pesisir_pen) itu milik perorangan. Kalau pun nanti, itu memang ternyata kepunyaan masyarakat, kami sudah mendapat perintah; berikan semuanya, (berikut) sak pager-pagernya..”