Friday, June 20, 2014

Seruan Aksi Solidaritas Blora untuk Rembang

[Lokasi: Depan Kantor Pemerintahan Kabupaten Blora, Kamis, 19 Juni 2014] Tolak Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng Utara]

Press Release:

Aksi Teatrikal GERAM [Gerakan Rakyat Menggugat] | Kamis, 19 Juni 2014
Berbicara mengenai kekayaan alam, masyarakat Jawa mempunyai Pegunungan Kendeng Utara yang terletak di bagian utara Pulau Jawa. Menurut legendanya ini adalah moksanya Nagaraja setelah mengajarkan Aji Ismu Gineng Sukmawedha kepada Prabu Anglingdarma. Liuk tubuhnya melewati batas-batas administratif yang ada, membujur dari Barat ke Timur melingkupi Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora di Jawa Tengah hingga Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban di Provinsi Jawa Timur.
Pegunungan yang terbentuk pada masa Meosen Tengah - Meosen Atas atau kurang lebih 25 juta tahun yang lalu berdasarkan skala waktu geologi tersebut merupakan lipatan perbukitan yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Walaupun sangat kering di permukaannya, namun di bagian bawah kawasan ini banyak ditemukan sumber-sumber mata air seperti sungai bawah tanah di mana air keluar melalui rekahan-rekahan batuannya.
Terkait dengan hal tersebut maka rencana pendirian pabrik semen di 4 (empat) kabupaten yaitu: PT. Semen Indonesia di Rembang, PT. Indocement di Pati, PT. Vanda Prima Listri di Grobogan, PT. Imasco Tambang Raya di Blora rasanya sangat perlu mendapat perhatian kita bersama.
Pegunungan Kendeng yang dulu potensial menjadi kawasan lindung, saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Rencana perusahaan semen yang akan menggerus sisi-sisinya berpotensi besar membawa akibat semakin menyusutnya debit sumber seperti mata air Pantilan, Sumber Mermo, Sendang Kaputren di Desa Waru, Mata Air Sumberan di Dusun Sumberan, Sumber Sayuran di Dusun Sayuran, Sumber Soka di Dusun Soka, Sendhang Duwur di Dusun Kembang, Sendang Nglinggang, Sendang Nglengkir, Sendang Mrecep, Sendang Panasan, Sumber Blimbing, Sumber Gendono dan Sumber Cerawa di Kec Bogorejo yang merupakan hulu sungai Lusi di Kab Blora hingga ratusan mata air seperti Mata Air Kajar di Desa Kajar Kec Gunem dan Sumber Semen di Desa Tahunan Kec Sale Kab Rembang.
Dalam Al Qur’an Surat An-Naml ayat 15 sudah dijelaskan bahwa: “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.” Lalu, kita yang mengaku sebagai orang beragama, akankah kita mengingkari ayat Tuhan kita sendiri?
Kawasan Lindung
Begitu juga Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Nasional menyatakan bahwa kawasan karst masuk dalam areal Kawasan Lindung Nasional. Ini adalah regulasi pemerintah yang mengatur dan melarang penambangan di kawasan karst pegunungan Kendeng.
Pembangunan yang selama ini dilakukan umumnya masih didasarkan atas perhitungan-perhitungan ekonomi. Perhatian masih kurang untuk kepentingan kelestarian ekologi serta sosial. Akibatnya penurunan kuantitas dan kualitas terus berlanjut. Berbagai masalah sosial dan bencana alam pun terus terjadi seiring dengan menguatnya cengkeraman dan hisapan sistem neoliberalisme yang berkedok kemajuan. Kegiatan industrialisasi telah banyak menyebabkan kerusakan lingkungan, mulai hilangnya mata air, polusi, berkurangnya vegetasi dan degradasi keanekaragaman hayati serta terkuak pula kebohongan-kebohongan perusahaan yang pada awalnya menjanjikan hal yang sama, yakni kesejahteraan masyarakat dan peningkatan ekonomi namun faktanya menyatakan sebaliknya, yaitu menciptakan kerusakan lingkungan dan kemiskinan global.
Selama semua pihak masih memandang kawasan karst dari segi ekonomi dan sektoral, maka laju pengrusakan kawasan karst tidak akan terkendali. Janji peningkatan Pendapatan Asli Daerah adalah omong kosong besar. Walaupun ada hal itu tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan. Hanyalah segelintir elit politik yang akan mendapatkan keuntungan. Setelah bahan tambang habis, pemerintah daerah hanya mewarisi lingkungan alam yang gersang, porak poranda, masyarakat yang bertambah miskin dan berpenyakitan.
Apakah kalian semua sudah tahu bahwa di balik upaya penghancuran pegunungan ini adalah konspirasi Illuminati penghancuran dan penguasaan bumi?
Sebetulnya ini adalah informasi rahasia. Sebuah proyek bernama HAARP (High Frequency Active Auroral Research Program) merupakan suatu program penelitian gabungan yang dilakukan dan dibiayai oleh Angkatan Udara AS, Angkatan Laut AS, Universitas Alaska dan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Proyek penelitian ini dimulai pada tahun 1993, yang salah satu stasiun buminya ada di Alaska.
HAARP menembakkan gelombang radio frekuensi dari yang sangat rendah hingga yang sangat tinggi sebesar 3,6 juta watt hingga milyaran watt ke atas atmosfir. Efek tembakan tersebut akan terlihat di atas atmosfir langit (Aurora Borealis) . Gelombang frekuensi tersebut lalu terpantul oleh ionosfir dan kembali lagi ke bumi, kkemudian masuk ke tanah hingga ke kerak bumi, bahkan bisa menembus mantel bumi lebih jauh dari dalamnya samudera. Apalagi jika di wilayah itu memang terletak di patahan yang tak stabil maka yang terjadi berikutnya adalah gempa bumi yang luar biasa, dan bila itu terjadi di laut maka kemungkinan besar memicu timbulnya gelombang tsunami yang amat mengerikan!
Tidak ingatkah kita gempa dan tsunami berskala 9,1 Skala Richter pada tanggal 26 Desember 2004 yang telah melanda 12 negara di dua benua, Asia dan Afrika hingga menelan 280.000 korban jiwa manusia dengan korban terbesar 81,4% warga di satu propinsi Indonesia yaitu Serambi Mekah Nanggroe Aceh Darussalam? Ya, inilah “percobaan” teknologi mutakhir HAARP!
Menurut American Almanac, memang tujuan dari kelompok neo-imperialis yang mengendalikan korporasi-korporasi dunia ini adalah membentuk Tatanan Dunia Baru yang salah satu programnya adalah mengurangi populasi manusia dari lima milyar menjadi satu milyar dalam dua atau tiga generasi mendatang.
Maka untuk menenggelamkan kota Blora beserta kabupaten-kabupaten lainnya di Pulau Jawa ini tidaklah sukar, mungkin hanya dengan waktu bebeberapa menit saja. Bagaimana masyarakat akan mencari keselamatan bila dataran tinggi seperti pegunungan sebagai tanggul banjir sudah rata? Siapa yang akan bertanggung jawab atas pembunuhan massal terencana yang sukses karena kebodohan kita sendiri? Dengan membangun pabrik semen dan menghancurkan pegunungan Kendeng maka kita sebagai orang Jawa sama saja dengan menghancurkan benteng terakhir dan membuat kuburan bagi orang Jawa beserta seluruh peradabannya.
Mari bersama kita tumbuhkan kesadaran untuk memperjuangkankan, melindungi, menghijaukan dan melestarikan pegunungan ini agar kembali dapat memberi manfaat positif bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Saatnya menanam, bukan menambang; dan bagian langsung dari dukungan penyelamatan lingkungan hidup ini salah satunya adalah dengan menghentikan rencana pembangunan pabrik semen di kawasan pegunungan Kendeng Utara Jawa Tengah.
Kang krasa lan rumangsa wadjib tumindak apa mesthine, sami hamemayu hayuning bawana sak isine.
TOLAK PABRIK SEMEN! SELAMATKAN PEGUNUNGAN KENDENG DAN PERADABAN JAWA DARI KEHANCURAN !

0 comments:

Post a Comment