Saturday, March 30, 2013

Perang Pandang

Catatan perjuangan Pandang Raya – 25 Maret 2013

Sejak 2009, diawalinya sebuah perang terbuka menghadang perampasan tanah, di Pandang raya, teror modal, masih menghantui di sepanjang perjalanan perjuangan warga pandang raya hingga saat ini.
Tidak hanya menggunakan alat represi negara, kekuatan modal pun menggunakan preman sebagai alat meneror dan merampas langsung tanah milik warga.

Sejak sebulan kemarin, preman telah beberapa kali datang meneror warga. Setelah rumah seorang warga di pandang raya dikuasai oleh preman sebagai akibat dari melemahnya merosotnya perjuangan politik warga pandang raya yang membuat seorang warga tersebut memilih menyerahkan rumahnya untuk di kuasai oleh preman bayaran.

Sejak awal preman itu menempati rumah salah seorang warga tersebut, warga belum memutuskan mengambil langkah mengusir preman tersebut. Ketergantungan terhadap pemerintah setempat membuat warga belum dapat mengambil keputusan sendiri. Tetapi setelah dibangun konsolidasi rutin, warga akhirnya mengambil keputusan menduduki rumah tersebut dan mengalihkannya menjadi posko perjuangan.

Setelah pendudukan beberapa minggu, preman bayaran yang sebelumnya mendiami rumah tersebut juga berhasil diusir warga bersama beberapa orang partisipan perjuangan pandang raya. Beberapa kali preman mencoba untuk masuk kembali dengan berbagai alasan, bahkan pernah sekali salah serang preman datang membawa istri dengan anaknya, namun upaya preman tersebut kembali digagalkan oleh warga.

Kedatangan berikutnya, preman datang dalam jumlah belasan orang. Kedatangan preman membuat gelisah warga. Konsolidasi informal berlangsung, Warga yang mulai gerah dengan intimidasi kemudian melakukan perlawanan. Mereka berusaha mengusir preman hingga akhirnya terjadi aksi saling serang antara warga bersama partisipan perjuangan pandang raya melawan preman. Penyisiran preman di lokasi warga pun pun di lakukan, serangan demi serangan di bangun, preman tidak berkutik dan lari kocar kacir.

Setelah serangan terhadap preman dibangun warga, polisi yang tiba-tiba datang dengan kendaraan patroli mendekat kerumanan warga yang telah mengusir preman. Intimidasi psikologis pun di lakukan polisi, namun intimidasi  ini dibalas warga dengan serangan batu ke arah mobil patroli polisi. Aparat makin represif dengan  menyerang tembakan dan melakukan penangkapan terhadap warga. Di lengkapi dengan senjata api, beberapa intel polisi yang berada di sekitar lokasi menembakkan senjatanya ke udara, bahkan sempat mengeker tubuh warga.

Hasil pengejaran polisi membuat 23 orang warga dan partisipan ditangkap, mereka juga mengalami kekerasan fisik akibat Hantaman palu, senjata, dan sejumlah pukulan dan tendangan yang terus menghujam tubuh warga dan partisipan.

Kemarahan pun berlipat setelah serangan preman dan polisi di pandang raya, terlebih setelah penangkapan dan penganiyayaan polisi terhadap pejuang yang tertangkap.

Keputusan memblokade ruas jalan diputuskan, sebagai upaya menghadang ancaman polisi dan preman yang mencoba kembali masuk melakukan penyerangan terhadap warga, sekaligus sebagai bagian dari tekanan politik warga untuk membebaskan 23 orang pejuang yang ditangkap.

Saat petang menjelang, sekitar puluhan intel polisi yang tersebar di beberapa lorong di pandang raya sempat mengejar dan menyerang tembakan, tetapi serangan tersebut berhasil digagalkan oleh kejaran yang di lakukan warga. hujaman batu dan serangan balik di bangun warga untuk mengusir intel tersebut. Dendam dan kebencian yang dipupuk pejuang pandang raya  melawan ancaman kekerasan beserta penggusuran memberi energi kepada bambu, balok, dan batu yang memenuhi sepanjang jalan yang di blokade warga.

Hingga malam tiba ratusan warga yang tumpah ruah di jalan, menanti perang yang kembali mekar. Sekitar pukul 7 malam, lampu di areal pandang raya tiba-tiba saja padam. Kondisi tersebut memaksa warga menyisir kembali kampungnya demi memastikan tidak ada musuh yang menyusup dan menyerang warga secara diam-diam.
__

Sementara itu, di Polrestabes dimana 23 orang yang ditangkap kembali mendapatkan teror dan serangan fisik dari preman.  Sebagaian mengalami luka akibat pukulan dan hantaman benda tajam di bagian wajah dan kepala. Preman leluasa masuk dan mengintimidasi langsung 23 pejuang di ruangan penyidikan polrestabes memperkuat indikasi dengan kesaksian warga, menunjukan bahwa polisi dan preman sangat dekat. Bahkan ada seorang warga yang ditangkap mengakui melihat polisi diberikan uang oleh seorang kepala preman yang memimpin penyerangan di pandang raya. Beberapa kawan yang ingin menemui warga dan kawan yang ditangkap juga dihalangi-halangi masuk.

Pendampingan hukum bagi 23 orang ditangkap kemudian diupayakan melalui koordinasi dengan LBH. Dari hasil komunikasi dan negosiasi pengacara LBH bersama pihak Polrestabes, dan didapatkan informasi bahwa warga dan kawan orang yang ditangkap dapat segera dibebaskan pada malam tersebut. Pada pukul 22.00 Wita, Setelah menjalani proses pemeriksaan ke 23 orang tersebut dinyatakan bebas, namun pada saat mereka ingin meninggalkan polrestabes, puluhan preman yang berjaga di gerbang menghalang-halangi serta terus melakukan intimidasi bahkan mengancam ingin menikam jika mereka keluar.
Akhirnya, warga dan kawan harus kembali ditahan, dan informasi dari LBH mengatakan bahwa mereka baru bisa keluar besok pagi jika situasi atau preman  tidak lagi berada di polrestabes. Terbaca, bahwa terdapat skenario antara polisi dan preman  untuk menjerat warga dan kawan yang ditangkap. Hal ini terlihat saat polisi membiarkan preman leluasa melakukan teror, intimidasi dan kekerasan fisik kepada warga dan kawan-kawan.
__

Esok Pagi, 26 maret 2013. Warga dan kawan-kawan yang ditangkap belum juga dibebaskan. Pesan singkat dari seorang kawan yang ditahan menyampaikan bahwa pihak kepolisian juga menghalangi mereka keluar.
Situasi ini mendapat respon keras dari warga pandang raya yang masih terus siaga dan memblokade jalan. Konsolidasi dilakukan warga dan partisipan solidaritas Pandang raya. Pihak LBH yang juga berada di lokasi belum dapat memberikan informasi dan langkah bagi 23 orang warga dan kawan yang ditangkap. Hal ini membuat situasi yang memanas, karena warga mengharapkan adanya upaya hukum yang cepat bagi mereka yang ditangkap.

Situasi ini memaksa warga bersama partisipan yang bersolidaritas meipatgandakan kekuatan dengan jumlah yang besar untuk mengerahkan kekuatan memadati polrestabes dan menghadapi preman yang meneror 23 pejuang yang ditangkap. Sejumlah warga dan partisipan lainnya kembali memenuhi jalan dan  mengkonsolidasikan kembali kekuatan untuk mengawal pembebasan 23 pejuang yang ditangkap. Akhirnya diputuskan untuk memperkuat kembali tekanan di jalan yang di blokade, seorang polisi yang mendekati barikade dikejar dan lempari warga, yelyel teriakan tak padam selama dua hari berlangungnya blokade.

Lambatnya proses hukum juga membuat warga dan partisipan solidaritas pandang raya terus mendesak adanya pendampingan hukum bagi ke 23 orang yang ditangkap. Desakan kepada LBH kembali dilakukan. Karena bagi warga, pendampingan hukum adalah hak yang patut mereka dapatkan terlebih atas perjuangan untuk mempertahankan hak hidup.

Pada pukul 16.30 Wita, LBH kembali mendatangi Polrestabes dan melakukan negosiasi dengan pihak kepolisian. Setelah mengisi lembar perjanjian dari pihak polrestabes, ke 23 warga dan kawan yang ditangkap akhirnya dapat keluar. Untuk mengantisipasi adanya intimidiasi preman seperti yang terjadi sebelumnya, warga melakukan pengawalan dengan menjemput dan mengawal keluarnya ke 23 orang yang ditangkap.

Atas desakan, kekuatan kekuatan warga dan solidaritas ke 23 orang dapat kembali ke Pandang raya dan disambut dengan pelukan semangat yang membara.  Mewarnai berakhirnya petang di tengah blokade jalan pandang raya.

*Hingga saat ini warga masih terus bersiaga akan datangnya ancaman. Semoga kekuatan dan perlawanan selalu bersemayam di Pandang raya.
Karena tanah untuk warga bukan untuk kapital !
http://perangpandang.wordpress.com/2013/03/30/perang-pandang-catatan-perjuangan-pandang-raya-25-maret-2013/

0 comments:

Post a Comment