Monday, March 18, 2013

Membangun Gerakan Mandiri Petani

Senin, 18 Mar 2013 18:12 WIB
Guruh Dwi Riyanto

Ekonomi Indonesia terus tumbuh di atas 6%. Pertumbuhan ini mencengangkan dunia. Namun, pertumbuhan itu disokong oleh masuknya modal besar hingga ke pelosok desa. Ini berakibat pada konflik lahan di mana-mana. Di Yogyakarta perwakilan gerakan akar rumput

KBR68H - Ekonomi Indonesia terus tumbuh di atas 6%.  Pertumbuhan ini mencengangkan dunia. Namun, pertumbuhan itu disokong oleh masuknya modal besar hingga ke pelosok desa. Ini berakibat pada konflik lahan di mana-mana. Di Yogyakarta perwakilan gerakan akar rumput dari  Jawa dan Sumatera  menggelar Kongres Masyarakat Agraris ke-II untuk menyikapi hal itu. Pertemuan menyepakati perlunya membangun gerakan sosial petani mandiri. KBR68H ikut hadir dalam  Kongres Petani di Yogyakarta.  

“Sekarang ke depan kita katakan, Kalau ditemukan sumber mineral, segera bangun smelter dan industrinya di situ. untuk itu kita juga butuh centre of excellent..” Itu tadi Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa. Ia mengatakan, program investasi percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) akan dialokasikan ke berbagai daerah, bukan hannya Jawa. Model pembangunan yang mendongkrak ekonomi Indonesia itu memiliki sisi gelap, perampasan tanah 

“Luas lahan keseluruhan di daerah kami, yang punya PTPN itu sekitar 22 ribu lebih, tetapi yang mempunya hak guna usaha itu cuma sekitar 6 ribu. Itu terbukti ketika kita melapor ke kementerian keuangan negara. Kita sempat membaca buku Gurita Cikeas, saya bertambah yakin. Lahan yang tidak punya Hak Guna Usaha itu adalah ATM salah satunya partai yang berkuasa sekarang. Perusahaan ini illegal!,” kata Muklis, petani dari Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Pagi itu, dengan nada kesal ia memaparkan perampasan tanah nenek moyangnya PT.Perkebunan Nusantara VII. 

Ulah perusahaan juga menyengsarakan petani Porong, Jawa Timur. Petani Porong, Abdurrahim  kehilangan pencaharian akibat kesalahan pengeboran, PT.Minarak Lapindo. “Buruh tani sawah, dan juga penggarap sawa. Tapi, pada saat semburan lumpur itu datang, lumpur itu luar biasa mengeluarkan lumpur sehingga sawah-sawah di sekitar Porong itu jadi tempat lumpur. Sehingga, penyempitan dari pekerja buruh tani itu hilang,” jelasnya. 

Muklis dan Abdurrahim adalah sebagian dari perwakilan 15 gerakan akar rumput yang menghadiri Forum Komunikasi Masyarakat Agraris II di Yogyakarta. Sekitar 50-an orang berkumpul.  Konflik pertanahan merupakan magnet pemersatu mereka. Salah satu perintis forum, Widodo menceritakan bagaimana jejaring ini  bermula.  “Terus waktu ulang tahun PPLP tahun 2009 kalau tidak salah. Kita undang mereka ke Kulon Progo. Ya, Lumajang dan Kebumen. Waktu itu kita berbagi rasa dan ternyata kita memiliki nasib yang sama. Hari ini sedang mau direbut ruang hidup kita oleh negara dan pemodal. Kita membuat pewacanaan, bagaimana kita bisa berkumpul dan berteman lebih banyak.” 

PPLP yang disebut Widodo tadi adalah Paguyuban Petani Lahan Pantai. Ini adalah wadah para petani Kulon Progo yang menolak penambangan pasir besi di tanah mereka

Sebelum acara ini digelar,  Kongres Petani Pertama sempat digelar dua tahun silam. Saat itu pertemuan dihadiri  11 kelompok tani dari Jawa. Kini, jejaring meluas hingga Sumatera. Acara kali ini tak berjalan mulus aparat menebar ancaman. Panitia acara Muhammad Affandi menuturkan,“Dia menyebut dirinya intel kodim. “Saya dari intel kodim” . Itu yang lucu memang. Sekitar jam 10 pagi datang 6 orang dari polsek Kasihan dan Polres Bantul. Tapi, yang paling aneh di saat pertemuan ketika perkenalan, intel dan kepolisian mencoba merangsek masuk ke tempat pertemuan yang sebenarnya tidak kita perbolehkan. Saya kira itu cara-cara yang intimidatif. Karena mereka mencoba mendengarkan dari balik jendela, pintu. Ini kita analisa dari betapa kuatnya kepentingan korporasi pertambangan yang melibatkan elit-elit feodal di Yogyakarta dan TNI AD di selatan Kebumen.” 

Selama tiga hari kongres, mereka berbagi masalah. Strategi penanganan bersama dirundingkan .  Di sela-sela Kongres Petani di Yogyakarta, perwakilan Perhimpunan Petani Lahan Pantai, Sumanto menyampaikan informasi salah satu peserta tak bisa hadir hingga acara tuntas. “Khusus untuk teman-teman kebumen, mohon pamit tadi pagi. Saat ini, terjadi intimidasi oleh TNI di urutsewu. Kita yakin kekuatan kita ada di grassroot dan massa, di kebumen ada pengerahan massa untuk mengantisipasi ataupun menghambat intimidasi yang akan dilakukan oleh TNI. Untuk selanjutnya ke depan, kita tetap, karena kekuatan kita di akar rumput. Kita tetap akan bangkit dan melawan! Itu saja. “

0 comments:

Post a Comment