Friday, June 07, 2019

16.000 Pengunjung Berlebaran di Pantai Setrojenar

GERBANG WISATA: Gerbang wisata Pantai Setrojenar, lokasi yang kini dinaungi banyak pohonan cemara laut dan ketapang yang membuatnya nampak rimbun [Foto: KebumenNews]

Sebanyak 16.000 pengunjung memadati obyek wisata “pantai panorama” Setrojenar pada Kamis (6/6), hari kedua lebaran Idul Fitri 1440 H tahun ini. Jumlah pengunjung ini diketahui dari penjualan tiket oleh pengelola obyek wisata yang pada masa sebelumnya lebih dikenal sebagai “Pantai Bocor”.

Lebaran hari kedua selalu diprediksi sebagai puncak kunjungan wisatawan domestik, namun juga banyak pengunjung dari luar daerah. Perkiraan rekor kunjungan selalu terjadi pada hari kedua lebaran dan untuk tahun ini pun tak meleset dari prediksi. Rupanya trend ini merupakan cerminan dari pomeo tradisi berlebaran di kalangan masyarakat, yakni “durung lebaran nek durung meng laut”. Lebaran belum afdol jika belum berwisata ke laut.

Boleh jadi, pomeo ini merupakan ciri lain yang melekat pada masyarakat pesisir Jawa dengan spirit kemaritiman yang kuat, selain corak budaya agraris yang lekat melatari mayoritas penduduknya.

Yang jelas, rekor kunjungan itu selalu berulang dicapai oleh pengelola yang komposisinya terdiri dari unsur pemerintah desa, unsur BPD, Hansip, organisasi lokal, petani setempat dan terutama elemen pemuda.
“Jumlah pengunjung terbanyak pada hari kedua lebaran”, tutur Miran. “Itu data sementara dari hasil penjualan tiket hari Kamis”, sambungnya. 
 Jumlah pengunjung yang sebenarnya bisa lebih dari itu karena untuk pengunjung rombongan tak semua diberi karcis tanda masuk senilai 3.000 rupiah.

Kawasan Agrowisata

SEMANGKA-MELON: Buah semangka dan melon yang banyak dijajakan di pinggir jalan masuk lokasi wisata Pantai Setrojenar ini adalah produk hasil budidaya pertanian di kawasan pesisir Urutsewu [Foto: KebumenNews]

Hari Raya Lebaran tahun ini secara kebetulan rupanya bertepatan dengan musim panen hasil pertanian pesisir Urutsewu, yakni buah semangka (Citrullus lanatus) dan melon (Cucumis melo). Kedua jenis buah sekeluarga labu-labuan (Cucurbitaceaeini memang banyak dibudidayakan petani  kawasan pesisir Urutsewu di Kebumen selatan.

Namun ihwal bertepatan musim panen tanaman holtikultura ini memang sudah bisa diperhitungkan waktunya, karena petani tak lagi bergantung pada fluktuasi musim. Juga untuk tanaman lainnya selain padi, yakni ketimun, tomat, cabai, kacang-kacangan, jagung, kedelai serta sayuran.   

Pada masa awal budidaya tanaman holtikultura, sekitar satu dekade sebelumnya, belum banyak varian tanaman bisa dikembangkan dengan baik di lahan pesisir selatan yang pernah dan masih menyimpan konflik agraria latent ini. 

Gagasan pengembangan budidaya pertanian holtikultura memang amat panjang proses dan implementasinya. Namun secara mandiri para petani lahan pesisir ini berhasil mengatasi problem krusial dalam tata kelola pertaniannya, terutama setelah menemukan cara guna mengatasi problem irigasi dan sumber air bagi tanaman yang dikembangkannya.
“Air dengan kualitas baik itu ada di 3 hingga 5 meter di bawah permukaan berpasir”, ujar Triyono. “Solusinya dengan cara sedot pompa”, tambah petani muda dari lahannya.
Kini, pada bentangan lahan pesisir yang pada masa lampau dianggap tak produktif ini telah dapat menghasilkan berton-ton produk buah dan sayuran yang menjadi andalan petaninya.

Kesuburan lahan pesisir juga dibuktikan dengan membesarnya tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan ketapang (Terminalia catappa) yang merimbuni area parkir dan lokasi wisata pesisir desa Setrojenar [K-04]

0 comments:

Post a Comment