GOTONG-ROYONG: Warga Desa Kaibon Petangkuran bergotong-royong mendirikan surau di pesisir Urutsewu [Foto: Imam AP]
Begitu pun, meski dihujani pertanyaan bertubi oleh 2 oknum tentara yang mendatangi lokasi; belasan warga tak berhenti bekerja. Proses pembuatan surau di pesisir desa Petangkuran Ambal ini dilangsungkan hingga petang tiba.
Surau berukuran 4x4 meter dengan konstruksi kayu ini dibuat warga secara gotong royong. Niatan mendirikan surau ini tak dirancang khusus, selain mendasarkan pada kebutuhan harian, dimana para petani pesisir Urutsewu acapkali bekerja sepanjang hari di lahan holikultura.
Seniman, aktivis dan Ketua FPPKS yang memfasilitasi "krigan" warga dalam pendirian surau ini menjelaskan kebutuhan adanya tempat ibadah bagi petani yang acapkali harus tunaikan solat di sela waktu tiap hari kerja. Warga lain, seperti nelayan, para pemancing dan cah-angon juga membutuhkan.
"Mendekatkan tempat ibadah di kawasan petani holtikultura", jelasnya singkat.
Seniman berserah apabila dirinya disangka bertendensi lain, mengingat lokasi pendirian surau ini berada di zona "wedhi-sumur", yakni di selatan pagar yang dibangun tentara secara semena-mena. Dia dan warga kampung Petangkuran lebih meyakini seyakin-yakinnya; bahwa zona itu masih milik petani. Termasuk juga tanah-tanah bandha-desa yang berada di sana.
0 comments:
Post a Comment