Warga Penolak Bandara: Angkasa Pura dan Aparat Lakukan Kekerasan dan Rusak Lahan!
Pada 08 Januari 2018, sekitar pukul 11:00 siang. Angkasa Pura I beserta gabungan Aparat Kepolisian, Satpol PP, Tentara, dan pasukan lengkap dengan alat berat menghancurkan lahan kami, merusak akses jalan rumah kami, dan mengobrak-abrik tanaman cabai, tanaman singkong, beserta pohon-pohon di sekitarnya.
Kami sempat mencegah, namun aparat kepolisian menghalang-halangi kami dan relawan yang hendak mempertahankan lahan kami. Justru, pihak AP I mendatangkan pasukan lebih banyak untuk menggasak lahan kami tersebut.
Sekitar pukul 15:00, AP I semakin bernafsu. Apa kurang jelas: kami tidak akan jual tanah anak cucu ini untuk bandara. Pimpinan pasukan kepolisian memerintahkan pasukannya untuk membuat barisan melindungi alat berat yang sedang menggusur lahan kami. Pasukan aparat maju ke arah warga dan relawan, sempat terjadi dorongan-dorongan. Salah satu relawan lehernya dipiting dan diseret hingga jatuh, ada yang sempat ditangkap dan berhasil lepas. Kemudian menyusul ibu-ibu warga kami didorong hingga jatuh dan terinjak-injak.
Warga mencoba menolong ibu-ibu tersebut, namun malah didorong hingga jatuh. Muka salah satu warga disikat pakai dengkul; bagian mulut dan hidungnya berdarah sampai pingsan dan mesti dilarikan ke rumah sakit.
Tidak berhenti di situ, aparat makin kasar; ibu-ibu dijambak, jatuh dan terinjak-injak. Salah satu warga kami dipukul bagian belakang kepalanya sampai telinga bagian belakang robek; warga yang sudah tua didorong jatuh ketika hendak mempertahankan tanaman singkongnya; ada juga warga kami yang tubuh bagian belakang dipukul-pukul pakai kayu dan diinjak-injak pakai sepatu yang dibeli pakai duit rakyat.
Relawan yang berjuang bersama kami juga mendapat kekerasan dari aparat. Lebih 10 relawan mengalami kekerasan; ada yang wajah bagian pipi dan dahinya dipukul, rambut dijambak, diseret hingga jatuh; ada yang bagian punggungnya diinjak-injak, dicekik, dan dikeroyok polisi. Bahkan, relawan yang mau menolong ibu-ibu malah diteriaki provokator, ditendang, dan dipukul mukanya. Salah satu wartawan juga sempat dihalang-halangi ketika mengambil gambar, diseret, dan kameranya mau dirampas.
Tidak hanya itu, tindakan asusila juga dilakukan salah satu anggota aparat pada ibu-ibu kami yang sudah tua. Anggota aparat tersebut memanggil ibu-ibu sambil menunjuk-nunjuk alat kelaminnya. Sungguh tindakan yang memalukan di tengah-tengah penggusuran, mereka juga melecehkan perempuan seusia ibu mereka.
Atas kejadian tersebut, tanaman cabai warga kami, satu-satunya sumber penghidupan untuk keluarga dan anak yang sedang menempuh pendidikan juga di rusak. Pohon-pohon di lahan kami tumbang, tanaman singkong yang mencukupi pangan dan penghidupan kami juga dirusak.
Namun, kami tidak menyerah, kami tegaskan kembali: kami menolak bandara NYIA.
Hormat kami,
Paguyuban Warga Penolak Penggusuran – Kulon Progo (PWPP-KP)
Paguyuban Warga Penolak Penggusuran – Kulon Progo (PWPP-KP)
0 comments:
Post a Comment