Monday, March 24, 2014

Seniman Dukung Kedaulatan Tanah Petani Urutsewu

Senin, 24/03/2014 19:06
Seniman Dukung Kedaulatan Tanah Petani Urutsewu
Yogyakarta, NU Online
Dua malam akhir pekan lalu pusat Kota Yogyakarta 22 Maret 2014, para seniman yang beraliansi di “Solidaritas Budaya untuk Masyarakat Urutsewu” berkumpul di Alun-Alun Kidul. Mereka mepertunjukan Tari Melayu, Tari Cakalele dan Toki Gaba-Gaba dari Maluku, pembacaan puisi dan pertunjukan teaterikal.

Malam berikutnya pada 23 Maret 2014, acara dipindahkan ke Titik Nol Malioboro. Kali ini para seniman menampilkan pertunjukan Tari Saman, pembacaan cerpen Eduardo Galeano, pembacaan puisi, permainan Toki Gaba-Gaba dan Tarian Cakalele.

Aliansi ini terdiri dari 12 lembaga gabungan dari berbagai macam kelompok dengan latar belakang seperti seniman, intelektual, aktivis, petani, dan LSM. Mereka adalah Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan (FPPKS), Urutsewu Bersatu (USB), Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumberdaya Alam (FNKSDA), Sanggar Rupa Seni Rangka Tulang, Teater 42, Sanggar Nusantara, Mantra Merah Putih, Yayasan Desantara, Etnohistori, Komunitas Wayang Sampah Sanggar Lereng Kendeng, Gerakan Literasi Indonesia, dan Teater GERAK STAINU Kebumen.

Menurut Angga Palsewa Putra, koordinator umum Aliansi, tujuan utama Aliansi ini adalah “untuk menegaskan kedaulatan petani Urutsewu, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, atas tanah mereka”.

Menurut Angga yang berasal dari kelompok Teater 42 ini, kedaulatan petani dalam konteks ini diartikan sebagai kepemilikan tanah oleh petani, hak penggunaan lahan di tangan petani, hak mendapatkan dan menikmati hasil panen, serta keamanan dalam menggarap tanah-tanah pertanian.

Konflik di wilayah Urutsewu telah berlangsung sejak 1920, tanpa memeroleh perhatian masyarakat luas. TNI AD mengklaim tanah petani Urutsewu sebagai hak milik TNI. Pada 16 April 2011, terjadi penembakan terhadap para petani yang mencoba merebut kembali tanah-tanah mereka.

Akibat peristiwa ini, 6 petani dikriminalisasi, 13 orang luka-luka (6 di antaranya terkena peluru karet tentara), 12 sepeda motor dirusak, serta handphone, handycam, dan data digital dirampak paksa. Sejak itu eskalasi konflik di Urutsewu terus naik. TNI AD sempat memberikan izin penambangan pasir besi kepada PT Mitra Niagatama Cemerlang. Belakangan, sejak akhir 2013, TNI AD melakukan pemagaran sepihak terhadap tanah-tanah petani Urutsewu.

Menurut Angga, acara di Yogyakarta bertujuan untuk menggalang dana yang akan digunakan sebagai biaya untuk mengadakan Arak-arakan Budaya di Urutsewu pada 16 April 2014 yang alan datang. “Kami akan mengadakan satu kali lagi malam pertunjukan berbagai jenis tarian dan pembacaan puisi di Alun-Alun Kidul Yogyakarta pada 24 Maret 2014. Sehabis itu, kami akan ke Urutsewu untuk bersama-sama dengan masyarakat mempersiapkan Arak-arakan Budaya. Kami melakukan ini karena kami gerah dengan ketidakadilan yang terjadi dimana-mana di Indonesia. Dan sebagai pelaku seni, bagi kami seni adalah seni yang membela kaum tertindas,” tambah Angga.

Selain mengadakan rangkaian malam penggalangan dana, aliansi ini juga melakukan kampanye simpatik di media sosial seperti Twitter. Kata kunci #Urutsewu dipakai sebagai simpul kampanye. Dalam akun aliansi, @Satu4Urutsewu, terlihat foto para pengunjung malam pertunjukan dengan memegang poster kampanye bertuliskan “Selamatkan #Urutsewu”.

Untuk acara 16 April 2014, Sunu, Kepala Desa Wiromartan, salah satu desa di kebumen yang terlibat dalam Aliansi, mengatakan bahwa pada dasarnya Aliansi ini memiliki beberapa tuntutan, salah satunya adalah mereka menginginkan agar Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menghadiri acara Arak-Arakan Budaya pada 16 April 2014. “Pak Gubernur Ganjar perlu datang ke Urutsewu untuk menghadiri Arak-Arakan Budaya Petani Urutsewu, agar beliau mengerti penderitaan rakyatnya,” tutup Sunu. (Bosman Batubara/Abdullah Alawi)

Sumber: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,50970-lang,id-c,nasional-t,Seniman+Dukung+Kedaulatan+Tanah+Petani+Urutsewu-.phpx

0 comments:

Post a Comment