Friday, April 29, 2011

Kebrutalan di Bumi Setro

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE

Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan | FPPKS

Sekretariat: Jl. Daendels, Rt.02-Rw.03 Kaibon Petangkuran, Kec. Ambal, Kebumen 54392

email: fppks@yahoo.com | webBlog: www.fppks.blogspot.com | www.bumisetrojenar.blogspot.com

_______________________________________________________________________

TNI-AD Nekad Latihan di Ambal

Setelah semalam diributkan oleh issue penyerangan kelompok desa lain ke desa Ambalresmi, pagi ini TNI-AD nekad melakukan kegiatan latihannya kawasan pesisir desa. Rupanya setelah mendapat perlawanan blokade massa yang gigih, sehingga rencana ujicoba meriam buatan Korea gagal (11/4); TNI-AD tak mau kehilangan muka. Meskipun penolakan latihan oleh masyarakat berlaku bagi seluruh kawasan UrutSewu, toh latihan tembak tetap dilaksanakan di desa Ambalresmi, Kec. Ambal. Meski memang bukan lagi ujicoba meriam seperti rencana semula, melainkan hanya dengan senjata jenis kanon yang kaliber dan jangkauan tembaknya sekitar 6 Km saja.

Beberapa petani di desa Entak, Kaibonpetangkuran dan Kaibon, tetap melaksanakan kegiatan rutin bertaninya meski tidak setenang hari-hari biasa. Perawatan tanaman jenis hortikultura memang memerlukan perawatan rutin yang tak bisa ditunda. Secara kebetulan, pada hari ini FPPKS juga ada agenda ziarah kubur ke makam para pejuang UrutSewu di masa lalu.

Ziarah FPPKS

Menyikapi pelaksanakan latihan TNI-AD di desa Ambalresmi, FPPKS tidak menunjukkan penolakan secara reaksioner. Rencana ziarah ke beberapa makam yang tertunda sebelumnya, dilaksanakan pada hari ini (16/4) di makam desa Setrojenar. Yakni ke makam para korban ledakan bom mortir yang mati mengenaskan pada Sabtu legi, 22 Maret 1997 beberapa tahun lalu.

Ziarah ini diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari orang tua korban ledakan, tokoh agama, para kerabat dan aktivis FPPKS dan bahkan juga 3 orang petugas dari Polres Kebumen. Agenda ziarah kubur ini dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas perkembangan keadaan dan pelaksanaan latihan TNI di kawasan UrutSewu yang jelas-jelas mengabaikan penolakan warga. Penolakan penetapan dan rencana penetapan kawasan hankam ini bukan karena provokasi dari luar sebagaimana teori usang intelijen yang gagal membaca dialektika jaman.

Penolakan atas pelaksanaan latihan tentara dan ujicoba senjata berat di kawasan UrutSewu ini sebenarnya juga mendasarkan pada pengalaman empiris yang telah terjadi di masa lalu. Termasuk tragedi kematian mengenaskan yang menimpa 5 anak warga desa Setrojenar ini.

Setrojenar Bergolak

Seusai pelaksanaan ziarah kubur ini, didapati kenyataan bahwa banyak warga desa Setrojenar telah tumpah di jalanan desa, yakni di seputar kompleks DislitbangAD. Ternyata ini semua dipicu oleh ulah tentara yang membongkar blokade jalan yang dibangun warga (11/4) beberapa hari sebelumnya. Tentara juga beraksi menurunkan spanduk penolakan bertuliskan “Urutsewu Jadikan sebagai Kawasan Pertanian dan Pariwisata” yang dibentangkan di atas jalan desa. Warga marah atas pembongkaran ini dan kemarahan itu ditunjukkan dengan membangun kembali barikade yang dirusak tentara. Beberapa pohonan, seperti pohon mahoni dan melinjo ditebang lagi untuk memperbaiki blokade jalanan desa di beberapa titik. Bahkan blokade yang sehari sebelumnya telah dibuka pun kemudian ditutup kembali.

Puluhan warga desa kemudian bergerak ke arah utara dan merubuhkan gapura TNI-AD di dekat kantor Camat Buluspesantren. Setelah selesai merubuhkan gapura, warga bergerak ke arah pesisir di sebelah selatan desa. Di kawasan itu banyak terdapat bangunan infrastruktur DislitbangAD yang dibangun tanpa persetujuan dengan para petani pemilik tanah sejak belasan tahun silam. Diantaranya terdapat sebuah bangunan menara gedung berlantai tiga yang dibangun di atas tanah bersertivikat hak milik atas nama Mihad, warga desa Setrojenar. Juga terdapat bangunan gudang peluru yang berfungsi sebagai tempat penampungan peluru mortir sisa pelaksanaan latihan atau ujicoba senjata. Tetapi telah sejak beberapa tahun fasilitas penyimpanan sisa latihan ini tak pernah digunakan.

Bahkan pada kenyataannya, hingga sekarang pun masih sering ditemukan peluru mortir yang tertinggal dan tertanam di lahan pertanian penduduk. Terakhir kali ditemukan mortir di lahan jagung petani desa Brecong, pada saat Bupati tengah melakukan peninjauan lapangan (24/3) lalu.

Makanya, dua diantara berbagai fasilitas DislitbangAD yang dibangun di atas tanah petani ini pun menjadi sasaran.

Diserang Pasukan Bersenjata

Setelah selesai dengan tindakan spontan massa ini, puluhan warga desa kembali ke arah desa. Ternyata pada saat yang sama, tentara telah menyiapkan sepasukan personel yang mulai bergerak dari depan kantor DislitbangAD. Puluhan warga yang tengah berada di perempatan tras JLSS, sekitar 500 meter di selatan desa, diserang pasukan bersenjata ini. Jatuhlah beberapa korban warga dan petani setempat. Tercatat ada 13 korban yang jatuh bersimbah darah, 6 diantaranya menderita luka akibat tembakan peluru karet, dan bahkan di dalam tubuh petani lainnya bersarang lebih dari satu pelurut karet.

Ternyata serangan brutal ini tak cuma memakan korban warga petani, tetapi juga 12 sepeda motor dirusak. Beberapa barang, seperti HP dan Camera juga dirampas paksa. Tindakan brutal tak berhenti sampai di sini. Karena hingga jam 17.00 wib tentara masih melakukan sweeping ke rumah-rumah penduduk desa. Beberapa rumah yang terkunci pintunya, didobrak hingga rusak. Dan beberapa kali terdengar suara tembakan senapan AK-47 yang merontokkan nyali perempuan dan anak-anak desa.

Beberapa orang dan tokoh penolakan latihan tentara dan ujicoba alutista di desa juga ditangkap. Bumi Setrojenar seperti ibu yang merintih ditinggal anak-anak dalam cekaman yang ganjil. Desas-desus juga ditiup diantara desa yang nyaris terprovokasi karenanya. Negeri macam apakah ini...

0 comments:

Post a Comment