Seorang penyair Borneo menulis puisi yang mengena bagi pertentangan di bumi Setro. Ini sebuah ukuran bahwa apa yang terjadi di seberang pulau dilihat pula oleh kalangan sastrawan dan direspons menurut tradisi kepenulisannya.
Realitas harian lainnya menunjukkan perkembangan penilaian yang membaik atas kawasan pesisir selatan Kebumen, khususnya pantai Setrojenar di Kecamatan Buluspesantren ini. Betapa tidak. Setiap harinya banyak orang berkunjung ke sana.
Secara data, pengelolaan wisata pesisir Kebumen selatan di musim lebaran ini pernah mencatat rekor 17.000 kunjungan untuk satu hari lebaran.
Pantai ini seperti mengingatkan telah tersedia syarat-syarat budaya untuk berkembang di masa yang akan datang. Nah, membaca puisi kiriman berikut ini seperti membantu melihat secara jernih problematika yang potensial menghambat syarat-syarat pengembangan kebudayaan rakyat itu.
Seutuhnya dapat dibaca:
NEGERI YANG MANA
aku melihat engkau menuruni bukit
bukan saja engkau, tapi dia, dia dan dia
tiada pagar pada sawah-sawah hijau
yang sebentar lagi menguning
untuk dipanen dan membayar hutang
aku melihat engkau menatap nanar
pada hamparan sawah membentang luas
kau berkata dalam benakmu
bukan saja kau, tapi dia, dia dan dia
tidak lagi dapat kami tanami
sawah-sawah kami yang rusak
sawah-sawah kami yang beranjau
katanya tentara telah mengambil alih
lahan membentang nyeri
untuk bermain perang-perangan
katanya untuk menjaga negeri
dan kau, bukan saja kau,
tapi dia, dia dan dia
bertanya menjaga negeri
negeri yang mana
kami petani anak negeri
mestikah diam
menyerah pada penjaga negeri
07 Okt 2009
0 comments:
Post a Comment